Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh..
Alhamdulillah,
grup belajar menulis yang diadakan oleh AISEI ini diisi oleh seorang penulis
yang sudah memasuki usia paruh baya bernama Ibu Sri Sugiastuti, beliau dipanggil
sebagai Bunda Kanjeng.
Untuk
menulis tidak ada kata terlambat untuk menulis, walaupun usianya sudah memasuki
50 tahun Bunda Kanjeng semakin produktif untuk menulis di blog maupun
menghasilkan sebuah karya dalam bentuk buku.
Beliau berpesan jadikanlah menulis sebagai gaya hidup karena menulis
adalah suatu keterampilan bukan bakat dari seseorang. Menulislah apa yang disukai dan dialami dalam
kehidupan. Dalam bukunya yang bercerita tentang 21 kisah perempuan inspiratif Bunda Kanjeng berprinsip pada 2S kepanjangan dari Sabar dan Syukur.
Awal
tahun 2020 Indonesia mengalami pandemi Covid 19, Bunda Kanjeng mengajak
teman-teman untuk berkolaborasi menulis dalam buku antologi. Untuk itu Bunda Kanjeng harus membimbing
supaya mereka mampu menghasilkan sebuah karya.
Caranya adalah para peserta harus menulis, membaca dan mempelajari
panduannya agar karya yang dihasilkan tetap layak untuk diterbitkan. Bunda
Kanjeng dalam membimbing tidak harus
mengubah seluruh naskahnya. Hal ini
dimkasudkan untuk menghargai hasil karya
penulis.
Ide-ide
yang ada di pikiran kita sebaiknya disimpan dulu atau kita bisa langsung
menuliskannya dalam sebuah catatan kecil.
Hal ini bisa dijadikan sebagai tabungan ide apabila nanti kita ada
waktu,kita bisa membuatnya menjadi sebuah outline.
Beberapa
tips untuk belajar menulis adalah.:
1. Untuk mendapatkan pengetahuan kuncinya adalah
belajar untuk menciptakan buku kita harus menulis dalam kondisi hati yang senang. Ibarat kita sedang mendulang emas maka akan ada
harapan dari perjuangan untuk mendapatkannya.
Dalam menulis juga butuh suatu kepuasan batin.
2. Menulis dalam kondisi pikiran yang ringan maka akan mengalir ide-ide.
3. Janganlah kita mudah menyerah, mau belajar
dan bekerja dengan senang hati. Itu adalah suatu tanda kita dekat dengan
puncak kesuksesan.
4. Kita sudah di posisi yang benar. Pensil, kertas, keyboard,meja dan kursi adalah saksi bisu. Kita harus yakin dan percaya bahwa kita pasti
bisa menargetkan untuk menerbitkan buku.
5. Untuk
memudahkan menulis kita membuat poin-poinnya terlebih dahulu kemudian
dikembangkan menjadi dua sampai tiga paragraf.
Dalam waktu 2 jam kita menulis kemudian diendapkan kembali. Sewaktu-waktu kita ada waktu kemudian bisa
perbaiki kembali.
6. Kenalilah
minat dan hobi kita. Kita bisa
menceritakan banyak hal kepada orang lain yang belum mereka ketahui. Bisa jadi cerita kita adalah sesuatu yang
dicari dan belum diketahui olehnya.
7. Menulis
adalah untuk berniat untuk berbagi. Kebaikan
ide-ide kecil ini bisa menjadi hal-hal yang luar biasa.
8. Untuk
memperkaya bacaan dan tulisan kita, maka
kita banyak mengosumsi dengan buku-buku referensi yang ada sehingga pembaca
tidak akan jenuh dan akan menemukan hal yang terbaik dari sebuah tulisan.
9. Dari kebiasaan dan kegiatan sehari-hari yang kita lakukan
bisa menjadi sumber ide untuk dibagikan ke orang lain.
Membaca karya-karya penulis terkenal seperti
Raditya maupun Tere Liye untuk menginspirasi.
Dengan memahami karakter dan
tulisan-tulisannya maka kita akan mudah menemukan ide menulis. Tulisan yang bagus adalah ketika tulisan
dibaca orang lain akan memberikan manfaat dan menjadikannya jauh lebih baik. Jika
kita menulis dengan cara-cara seperti di atas mengalami kesulitan, maka untuk
mengembangkan ide menulis, kita bisa mencari seseorang yang kita anggap lebih
mumpuni untuk dijadikan sebagai mentor menulis. Selain itu kita bisa bergabung
dengan komunitas menulis.
Outline
disiapkan supaya ada pemetaan pikiran penulis sehingga akan sampai pada titik
tujuan tertentu. Menulis adalah melatih
nalar sehingga prosesnya mencakup memahami, menghayati, menganalisis, dan
akhirnya mensintesis untuk bisa menambah ide menulis . Biasakanlah kita membawa alat untuk merekam
maupun untuk menulis di kalangan kita.
Dalam
sebuah perjalanan ada 1 pesan dari Bapak Much. Khoiri satu-satunya cara menemukan ide yang bagus
adalah dengan mempunyai banyak ide. Kita tidak tahu tulisan mana yang akan
bernasib baik. Itulah pesan beliau, bayangkan dalam sehari kita menulis 1
halaman maka setahun akan ada 365 halaman dan itu bisa menjadi sebuah buku.
Mengikat
ilmu dengan tulisan yang bermakna dan menulis adalah bekerja untuk keabadian. Diakhir pemaparan Bunda Kanjeng menyampaikan
pesan dari Bapak Pramoedya Ananta Toer, “Orang boleh pintar setinggi langit
tapi selama ia tidak menulis ia akan hilang di dalam masyarakat, brand dari
sejarah menulis adalah bekerja untuk keabadian, untuk pengetahuan”.
Bunda
Kanjeng juga memiliki komunitas bernama IDN kepanjangan dari Ibu Doyan Nulis.
Beliau pernah mendapatkan juara 2 sebagai Duta Bunda baca Solo.
Selalu bersemangat untuk menulis di
tengah kesibukan dan waktu yang semakin terus bergulir. Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar