Alah Bisa karena Biasa
Assalamualaikum wr wb,
Selamat siang, semoga sehat semuanya dan dapat berpuasa di bulan Ramadhan yang indah ini. Siang hari ini kita akan mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dari seorang yang luar biasa. Beliau adalah Bapak Dadang Kadarusman, seorang Motivator terkenal Indonesia dan Pembicara Nasional. Temanya Motivasi Menulis Setiap hari dan Menerbitkan Buku.
Ayah beliau seorang guru sekolah dasar. Ketika beliau masih kecil,ayahnya sering membawakan buku-buku bacaan. Dari situ beliau jadi suka membaca. Dari suka membaca itu kemudian beliau berkeinginan untuk menulis. Jadi sejak kecil beliau sudah menulis dan saat usia SMP sering mengikuti lomba-lomba. Sampai hari ini, alhamdulillah Allah kasih beliau kekuatan untuk terus menulis. Kita bisa mengenal beliau lebih lanjut silakan kunjungi website.
Sekarang tantangan terbesar kita BUKAN pada menerbitkan bukunya. Melainkan pada MENULIS SETIAP HARI.
Beda dengan 20 tahun lalu ketika beliau pertama kali ingin menerbitkan buku. Ditolak penerbit itu biasa sekali. Mereka punya bargaining power yang sangat tinggi. Maka mereka sulit ditembus. Sekarang, ada banyak penerbit. Bahkan menerbitkan sendiri pun bisa. Jika kita bisa menulis setiap hari, maka kita akan sampai pada titik dimana kualitas tulisan kita akan sangat menarik bagi penerbit.Kita, tidak perlu mendatangi penerbit lagi. Mereka yang datang kepada kita. Buku-buku beliau pada umumnya adalah hasil dari penerbit datang dan menawarkan untuk menerbitkan naskahnya.
Bagaimana kita bisa fokus menulis setiap hari?
Point 1. WHY
Sebab beliau percaya bahwa, penerbit akan mendatangi Anda jika skill menulis Anda sudah sesuai dengan yang mereka cari.
Pertama, jangan lagi berpikir bahwa menerbitkan buku itu susah. Gampang banget. Sekarang, beliau akan membahas tentang 'WHY' -nya terlebih dahulu.
Yang kedua, kenapa kita perlu menulis setiap hari. Karena menulis setiap hari itu membantu menjaga keselarasan antara otot-otot tubuh kita, juga jiwa. Jadi, nanti kalau kita sudah terbiasa menulis. Melihat apapun, selalu ingin menerjemahkan apa yang kita lihat itu kedalam bentuk tulisan. Itu terjadi secara refleks saja. Begitu pula ketika kita merasakan sesuatu.
Orang yang tidak terbiasa menulis, bisa saja memendam perasaan itu, atau butuh seseorang yang mau mendengarnya. Tapi jika dia terbiasa menulis, maka dia selalu punya teman untuk mencurahkan perasaannya. Dulu, orang akan mengambil kertas untuk mencurahkan isi hatinya. Kalau sekarang, tinggal ambil smart phone maka kita bisa mencurahkannya disana
Yang ketiga, menulis setiap hari itu merupakan healing remedy. Jadi, jika terbiasa menulis, kita bisa menjadi pribadi yang lebih sehat.
Kesimpulannya, kenapa perlu menulis setiap hari adalah; Karena seorang penerbit buku sejati, bukanlah orang yang meminta bantuan orang lain untuk menuliskan naskah bukunya.
Bagimana kemampuan itu diasah?
Dengan cara berkomitmen untuk tidak melewatkan 1 hari pun dalam hidup kita TANPA MENULIS. Melainkan orang yang memiliki kemampuan untuk menuliskan sendiri naskahnya secara mandiri. Jika Anda sungguh-sungguh ingin menjadi penulis handal; mulai sekarang, berkomitmenlah untuk menulis setiap hari. Kalau beliau pribadi, 1 hari 1 artikel. Nah kalau ukurannya jumlah artikel, berarti tidak ditentukan jumlah katanya. Hal itu membuat penulis pemula kesulitan. Kan jaman dulu kalau kita mau mengirim artikel ke koran, itu ada ketentuan jumlah kata. Kenapa sulit? Karena bukan hal yang mudah untuk menuangkan gagasan secara indah dengan jumlah kata yang ditentukan. Maka bagi beliau, ukurannya adalah "1 Artikel".
Artikel adalah sebuah paparan yang memuat buah pikiran penulis sehingga dapat dipahami oleh orang lain. Jadi, yang penting dalam 1 hari itu ada karya tulis ibu bapak yang "KALAU" dibaca orang lain, mereka akan memahaminya.
Oya, kenapa beliau pakai kata KALAU? Karena, belum tentu ada orang yang membaca artikel itu. Ditahap belajar ini, sebaiknya kita tidak terlalu baper soal ada yang baca apa nggak. Karena kalau orang lain baca pun belum tentu feedbacknya positif. Kalau tulisannya sudah memenuhi standar minimal untuk dibaca orang, YAKIN DEH bakal dibaca oleh semua orang. Tidak sedikit orang yang berhenti menulis karena pembacanya memberi feedback negatif.
Point 2. WHAT
WHAT makes you write something?
Setelah membahas tentang WHY yang berhubungan proses membiasakan diri dalam menulis itu Sekarang kita bahas WHATnya.
Pertama, apa sih yang menjadi mendorong Anda untuk menulis? Inilah pertanyaan yang sederhana. Tapi orang yang tidak menemukan jawaban yang tepat, akan berhenti di tengah jalan.
Jadi mari kita tanyakan kepada diri sendiri dulu apa yang mendorong kita menulis. dengan kata lain, apa sih tujuan kita menulis?
Contoh. Ada orang yang menulis agar mendapatkan uang. Dulu, beliau pernah berada di level itu. Beliau menulis untuk mendapatkan uang, karena beliau butuh untuk biaya sekolah. Lebih banyak naskah yang dikembalikan redaksi daripada diterbitkan. Lebih banyak gagalnya daripada berhasilnya.
Sampai sekarang, beliau menulis BUKAN untuk uang.Saat itulah kemudian beliau sadar bahwa, menulis karena ingin mendapatkan uang; bukanlah nilai pribadi beliau. Kita boleh menjadikan uang sebagai pendorong utama dalam menulis.Tapi nanti seiring berjalannya waktu kita akan menemukan apa dorongan yang paling cocok buat kita.
Kedua, menulis dengan dorongan INGIN BERBAGI PENGETAHUAN. Nah, yang ini menurut hemat beliau; paling sesuai dengan jiwa pendidik seperti kita. Kita juga bisa kecewa jika bayarannya ternyata tidak seperti yang kita harapkan. Akhirnya kecewa karena penerbit menolak.
Segala hal yang bisa ditangkap oleh panca indra kita adalah sumber ide. Tinggal kita olah saja. Jumlah rangsangan itu TAK TERHINGGA. Berapa banyak rangsangan yang masuk kedalam sistem panca indra dan indra ke 6 kita? Maka itu berarti bahwa sumber ide penulisan kita bisa SAAAANGAT banyak.
Kalau kita masih pemula, sebaiknya tidak perlu menerapkan terlalu banyak kriteria penerbit. Karena kita yang masih pemula butuh penerbit. Strateginya paling gampang adalah kita mengikuti kursus menulis lalu membuat naskah sambil konsultasi terus dengan penyelanggara. Jadi, fokus dulu kepada proses mengasah skill menulisnya saja. Lalu biarkan hasil karya kita berseliweran diruang publik. Nanti, bakal jadi seperti lampu yang menarik perhatian para laron.
Menulis kalau dipaksa pasti bisa. Tapi, 'paksaan' adalah sebuah proses yang efektif untuk mendisiplinan seorang pembelajar yang belum memiliki 'refleks menulis' sendiri. Bahkan bagi yang sudah biasa menulispun butuh dipaksa. Tidak perlu tergantung tema dan sistematika penulisan. Pokoknya nulis saja. Tidak usah takut salah. Tapi, bagi pembelajar, yang terpenting adalah; kemauan untuk terus praktek menulis. Lalu, bersedia mendengar masukan dari orang lain untuk perbaikannya.
Contoh membuat tulisan
Jika kita ingin menulis dengan tema "PANTANG MENYERAH". Tulisan cukup 2 atau 3 paragraf saja. Lalu, minta orang lain baca. Jika mereka bisa menerima atau mengerti ide yang ingin bapak sampaikan, berarti tulisan itu sudah menjadi 1 artikel. Nanti, panjang dan bobot tulisannya pelan-pelan ditingkatkan. Kalau kita belum berani menunjukkan tulisan itu pada orang lain, maka bisa dijadikan koleksi pribadi kita. Sambil terus memperbaiki tekniknya. Nanti kalau sudah ada tulisan yang 'layak' dicobain ke orang lain, tunjukkan saja. kalau bisa, pilih orang yang tidak akan bersikap negatif.
Contoh menulis tentang kisah Anak Istimewa yaitu Dunia Tanpa Suara.
Paragraf 1:
Hey kamu. Pernahkah kamu membayangkan bagimana seandainya tidak seorang pun bersuara didunia ini. Tentu akan sepi sekali harimu kan? Tapi. bisakah kamu membayangkan seandainya hal itu benar-benar terjadi? Sekarang. Coba pejamkan matamu. Lalu bayangkan. Andai saja tak segencring suara pun tertangkap pendengaranmu.
Paragraf 2 :
Eh, tapi. menurut kamu. Apakah mungkin telingamu benar-benar tidak bisa mendengat bahkan sekedar bunyi 'ting' pun? Nggak ya. Nggak mungkin kamu nggak dengar bunyi anakku. Tahu kenapa? Karena ketahuilah beliaung, bahwa Allah beliaung banget sama kamu. Sehingga engkau bisa mendengar berbagai macam suara.
Paragraf terakhir :
Nak. Kamu sudah bersyukurkah dengan karunia indah itu? Karena ada loh, di desa sebelah. Seorang gadis yang tidak seberuntung kamu, beliaung. Tapi sejak lahir sampai usianya yang menginjak 15 itu, tidak pernah mendengar apapun ditelinganya selain hening semata. Hebbbatnya..., gadis itu tidak pernah mengeluh nak. Tidak pernah pula sekalipun dia bersedih. Pokoknyaaa. Ehm, ibu...ibu kehabisan kata-kata untuk menjelaskan kemulian dirinya dibalik heningnya dunianya. Jika kamu tidak keberatan, beliaung. Bolehkan Ibu mencari tahu lebih banyak tentangnya dan menceritakan kisah indah tentang gadis itu kepada hari Jumat nanti?
Dari paragraf ini minimal ada 1 gagasan yang sudah sampai kepada pembaca. Di ujung ceritanya, ada 'komitmen' untuk melanjutkan.
Dalam menulis sebuah buku kita boleh menentukan judul baru menulis artikel-artikel yg berkaitan dengan judul atau kita boleh juga menulis artikel dulu baru diberi judul. Seperti halnya buku Pak Dadang yang judulnya "OUTSHINE" diberi judul duluan. Naskahnya ditulis belakangan. Sedangkan buku "KETIKA SEMUT DAN GAJAH BEKERJA" ditulis naskahnya duluan. Jadi, tidak ada keharusan menulis judul dulu atau naskah duluan.
Terkadang kita menulis di kompasiana namun pembacanya tidak begitu banyak,maka tulisan-tulisan itu bisa dijadikan buku kompilasi. Kalau sebuah tulisan sedikit yang baca, TIDAK BERARTI tulisannya tidak bagus. Bisa saja tempat penayangannya yang kurang tepat. Kalau ketemu audiens yang tepat, tentu akan banyak yang membacanya.
Kembali lagi kita luruskan niat kita untuk menulis, tidak hanya sekedar untuk menerbitkan buku. Sekarang kita menulis lebih karena ingin agar Allah mengajari sesuatu pada kita. Lalu yang Allah ajarkan itu kita bagikan kepada orang lain. Dengan itu, maka kita akan selalu bertanya; Ya Allah, hari ini aku bisa belajar apa? Setelah dapat jawabannya, lalu kita tulis dan bagikan.
Pak Dadang sendiri sekarang justru lebih tertarik untuk menulis artikel setiap hari kemudian diberikan secara free daripada memikirkan menerbitkan buku. Dengan demikian, maka gagasan beliau bisa lebih cepat sampai kepada orang lain.
Apabila menggunakan jasa "GHOSTWRITER" itu bukan hal yang buruk. Tapi itu cocoknya hanya untuk mereka yang hanya ingin menerbitkan buku. Kalau kita ingin menjadi penulis terampil, maka itu bukan opsi yang tepat buat kita.
Kenapa kita perlu menulis setiap hari?
Seperti kata pepatah “Alah Bisa, Karena Biasa.” Jadi, orang yang terbiasa melakukan sesuatu akan mahir dalam melakukannya. Contoh, Ibu dan bapak guru kan suka menasihati anak didiknya agar membiasakan diri untuk melakukan sesuatu. Tujuannya apa? Untuk membuat anak didik itu mahir melakukannya. Demikian pula halnya dengan menulis. Jika kita melakukannya setiap hari, maka kita akan menjadi mahir menulis.
Contoh lain. Banyak guru, professor yang hebat dalam memberi kuliah maupun materi. Tapi, ketika diminta untuk membuat sebuah karya tulis; jadi gelagapan. Padahal temanya adalah bidang yang dikuasainya dan biasa diajarkan kepada anak didiknya. Kenapa tidak bisa? Karena, para guru terbiasa bicara. SETIAP HARI BICARA. Namun, tidak terbiasa MENULIS. Makanya, kita perlu SETIAP HARI MENULIS. Agar kelak kita jadi terampil menuangkan gagasan bukan hanya melalui lisan saja. Melainkan juga dalam bentuk tulisan.
Kesimpulan: orang bilang memulai itu sulit sekali. MULAI SAJA SARI SEBUAH KATA yang terlintas dalam pikiran. Insya Allah nanti akan mengalir dengan sendirinya. Biasakanlah sebelum menulis berkata: Ya Allah, apa yang saya harus tuliskan hari ini? Bimbing saya ya Allah.
Menulis itu buat diri kita sendiri. Bukan buat orang lain. Jadi, berikanlah yang terbaik kepada tulisan kita sendiri. Sehingga mendapat yang terbaik dari kita berikan. Sedangkan para pembaca, adalah pihak yang ikut menikmati manfaatnya. Dengan begitu, maka lewat tulisan kita; kita menjadi pribadi yang lebih baik terlebih dahulu. Sambil mengajak orang lain untuk menemani perjalanan menuju perbaikan diri itu. So teruslah menulis. Karena dengan menulis, engkau melayani diri sendiri dan memberi manfaat kepada orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar