Jumat, 15 Mei 2020

Menulis Opini dan Hikmah di Republika

Belajar Menulis Online Gelombang 9 bersama Omjay
Peresume : Safitri Yuhdiyanti

 MENULIS OPINI DAN HIKMAH DI REPUBLIKA 
 OLEH ASEP SAPA`AT 



Pada kuliah online siang hari ini, Kamis, 14 Mei 2020 Omjay menghadirkan narasumber bernama Asep Sapa'at,kelahiran Garut, 23 Mei 1983. Sosok humanis yg rendah hati, dicintai, dan kehadirannya selalu dinanti dalam tulisan maupun dalam interaksi langsung. Nama membawa arti, orang tuanya berharap semoga Pak Asep memiliki tubuh sehat, jiwa kuat, cita-cita ingin jadi orang bermanfaat. Beliau adalah seorang pendidik dan pemerhati pendidikan dengan latar belakang sarjana jurusan pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia. Pembicara dan trainer pada Character Building Indonesia, Sekolah Guru Indonesia dan Mentor Sahabat Muda. Aktif di komunitas Online Learning Community for Teacher Professional Development, Edith Cowan University,Perth-Australia, Litbang di Klinik Pendidikan MIPA (KMP), GM Pendidikan di Dompet Dhuafa. 


Dengan semangat untuk saling belajar, Pak Asep ingin sharing tentang pengalaman menulis di rubrik opini dan hikmah Republika. Pertama, diawali dengan penjelasan tentang mengikat makna. Istilah mengikat makna dipopulerkan oleh almarhum Hernowo. Segala hal yang berkaitan dengan aktivitas menulis sebagai cara untuk memaknai hal-hal yang bisa kita lihat, dengar, rasakan, renungi. 


Setiap orang memiliki hambatan menulis yang berbeda-beda. Ada hambatan yang disebabkan kesulitan mengalirkan gagasan, ada juga karena faktor mood, ada pula yang disebabkan karena faktor penguasaan bahasa serta keterampilan menulis. Namun hakikatnya, setiap diri kita bisa menulis jika konsisten mau belajar. Hal yang paling mudah ditulis adalah sesuatu yang dekat dengan diri kita. Sebelum saya dapat mempublikasikan tulisan di media masa, saya belajar menulis di buku harian. Menulis di buku harian adalah cara ampuh untuk membangun kepercayaan diri untuk menuangkan gagasan. 

Sifat ranah dan jenis tulisan 
Berdasarkan kajian salah satu guru menulis Pak Asep yaitu Mas Bambang Trimansyah, sifat tulisan terbagi ke dalam 4 sifat, yaitu: 
 1. Pribadi tertutup, yakni tulisan bersifat sangat pribadi dan cenderung dirahasiakan agar tidak dibaca atau terbaca oleh orang lain. Tulisan ini biasanya berupa diari, surat-surat pribadi, ataupun catatan-catatan rahasia. 
 2. Pribadi terbuka, yakni tulisan bersifat pribadi ataupun sangat pribadi, tetapi dibiarkan ataupun disengaja untuk dibaca orang lain. Tulisan semacam ini muncul akibat perkembangan teknologi informasi, terutama di dunia internet. Tulisan-tulisan di blog, situs, ataupun media sosial cenderung banyak yang bersifat pribadi, subjektif, dan kadang malah dibuat sesuka hati. 
 3. Publik terbatas, yakni tulisan yang ditujukan untuk konsumsi orang banyak, tetapi dalam lingkup terbatas, misalnya lingkup komunitas, lingkup keagamaan, ataupun lingkup sesama teman yang saling kenal. 
 4. Publik terbuka, yakni tulisan yang ditujukan untuk konsumsi orang banyak secara terbuka dan luas meskipun menyasar pada segmen pembaca tertentu. Tulisan ini bebas dibaca siapa pun yang berminat. Sifat menentukan untuk siapa tulisan Anda tujukan. 
Pada sifat pertama Bapak Ibu menulis, tetapi hanya Bapak Ibu sendiri yang membacanya. Sifat 2, 3, dan 4 adalah tulisan yang ditujukan untuk publik sehingga Anda perlu menimbang tujuan penulisan dan pembaca sasaran. Nah menurut Bapak Ibu, menulis di media massa termasuk sifat tulisan yang mana? Opini merupakan jenis tulisan nonfiksi, ranah jurnalistik, dan sifat tulisannya publik terbuka.

 Tulisan memiliki ruh atau jiwa
Sebelum bicara lebih teknis untuk membuat tulisan, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan agar tulisan kita memiliki ruh atau jiwanya. Menurut Mas Fauzil Adhim, ada 6 aspek yang harus dikembangkan agar tulisan kita memiliki jiwa. Tulisan akan memiliki jiwa saat penulis memiliki visi hidup (cita-cita dan harapan), melibatkan emosi saat menulis, luas wawasannya (banyak membaca, berdiskusi, jalan-jalan), berbagi pengalaman hidup nyata yang pernah dialami, menggunakan nalar atau logika yang tepat, dan tulisan sebagai hasil perenungan yang mendalam tentang apapun yang akan ditulis. Menulis bukanlah bermain kata-kata. Susunan kalimat yang indah bisa sangat membosankan kalau tidak memiliki makna yang kuat. 


5 Proses Menulis 
1. Menggagas : Berpikir dan Merencanakan
• Mengumpulkan bahan referensi
• Menentukan pembaca sasaran
• Mengembangkan ide menjadi kerangka

2. Menyusun draf
• Menulis bebas
• Memasukkan bahan yang relevan dengan pengalaman diri, pengalaman orang lain, latar belakang ilmu dan pengetahuan yang dimiliki
• Memasukkan data dan fakta
• Mengembangkan gaya penulisan yang tepat sesuai pembaca sasaran

3. Merevisi: Membuat Tulisan Lebih Baik
• Membaca ulang naskah secara keseluruhan sambil menandai bagian yang kurang jelas atau kurang tepat
• Menimbang bahan yang harus dibuang karena kurang relevan
• Menimbang bahan lain yang dapat memperkaya tulisan

4. Menyunting:
 • Memastikan Tidak Ada Kesalahan
• Memperbaiki tulisan dari aspek tata bahasa, ketelitian data dan fakta, kesantunan. Tak boleh ada kesalahan elementer.

5. Menerbitkan
• Menentukan publikasi tulisan pada media yang tepat serta pembaca yang tepat baik media daring atau media cetak.

Di luar teknis menulis yang disampaikan di atas, faktor nonteknis seperti disiplin menulis, tak pantang menyerah mengirimkan tulisan ke media meski sering ditolak dan tak dimuat, juga tak berhenti belajar meningkatkan keterampilan menulis. Jauh sebelum tulisan Pak Asep dimuat di rubrik opini dan Hikmah Republika, sejak tahun 2007 beliau konsisten menulis di Republika Online. Nah ini jadi faktor nonteknis, punya jalinan silaturahim dengan para redaktur di media massa. Kita mendapatkan informasi dan masukan dari para redaktur agar kualitas tulisan lebih baik dan potensial dimuat di media cetak. 
Inilah tulisan beliau yang dimuat di rubrik opini dan hikmah Republika. 




 "Bagaimana menyiasati agar waktu menulis dan tema kita sesuai dg waktu kirim/moment yg tepat?" Kita harus sensitif dengan momentum yg akan terjadi, misal, 6 hari lagi merupakan momen Hari Kebangkitan Nasional. Nah, dari sekarang Pak Ady sudah mulai menyiapkan bahan belanja gagasan, tentukan ide yang akan ditulis, dan tuliskan dan kirimkan tulisannya paling lambat sehari sebelum tanggal 20 Mei. Prinsip umum demikian 

 Apa syarat tulisan opini atau artikel bisa layak cetak di media? 
 Syarat paling utama adalah ide orisinal dan menarik, data dan fakta yang disajikan sahih, tata bahasa baik, dan sesuai dengan kriteria dari redaktur media cetak Bagaimana menyiasati ketidakpercayaan diri atas tulisan yang sudah kita tulis? Coba konsisten menulis dulu di buku harian atau personal blog yang bersifat pribadi. Nanti jika sudah mulai percaya diri, publikasikan tulisan kita. Jangan takut mendapat kritikan dan masukan dari pembaca terhadap tulisan kita. Karena justru hal tersebut bisa menjadi cermin untuk kita terus meningkatkan kualitas tulisan. 

Bagaimana mengasah emosi dalam kepenulisan sehingga tulisan kita bisa berkualitas? 
Tuliskan sesuatu yang benar-benar pernah dialami oleh diri sendiri. Saya pernah membuat tulisan di rubrik Hikmah Republika saat istri saya wafat. Wah susah memulai kata pertama dan menutup kata terakhir karena saya ada rasa yang hadir menemani saat membuat tulisan. Saya mau bertanya bagaimana ciri artikel yang menarik untuk diterbitkan. Ide tulisan orisinal, aktual dengan situasi kekinian di masyarakat, tata bahasa baik, data dan fakta penunjang gagasan harus lengkap dan sahih. 

Apa saja yg menyebabkan tulisan sering di tolak media masa dan bagaimana cara menulis yg bisa diterima media masa ?.
Tulisan yang pasti ditolak media adalah yang tidak mengikuti kaidah yang sudah ditetapka n media. Misal, kita menulis sesuatu yang bersifat SARA, gagasan terlalu umum, batas maksimal karakter tak diindahkan oleh kita. 

Apakah ada kriteria pembeda antar media cetak untuk bisa menerbitkan suatu tulisan Bapak? 
Setiap media cetak punya kebijakan sendiri terkait standar tulisan yang akan mereka terima. Misal, tulisan Hikmah Republika tak ada di media cetak lain. Rubrik Hikmah khas punya Republika. Jadi, kita harus pelajari secara cermat rubrik-rubrik yang ada di setiap media cetak agar kita bisa tepat memilih media mana untuk menerbitkam tulisan kita. 

 Membaca CV bpk membuat sy trpncing untuk bs ikut dlm forum virtual lain yg bpk isi... Baik pak, prtnyaan ini terkait dengan problem yg sy hadapi...sy mulai mnulis dr bntuk2 fiksi yg diksiny penuh majaz dan ktika sy mncoba k non fiksi yg ilmiah sy ksulitn...apa solusinya kr2 pak? 
Saran saya, Bapak mulai pelajari tulisan-tulisan opini yang dimuat di media, lalu coba buat tulisan bergenre nonfiksi. Ala bisa karena biasa. Hal paling penting dalam tulisan opini (nonfiksi) adalah tata bahasa baku dan pemilihan diksi yang bermakna lugas. 

Bagaimana caranya supaya ide yang sudah kita miliki menjadi sebuah judul yang menarik untuk dibuat suatu tulisan, karena kadang terlintas ide tetapi susah sekali mencarikan judul yang tepatnya untuk ide tersebut? 
Ada beberapa pendekatan saat menulis. Ada yang langsung menetapkan judul, lalu membuat tulisan. Tetapi ada juga yang sebaliknya, buat tulisan dulu untuk menguraikan idenya, judul bagian terakhir. Saran saya menulis dulu, nanti judul diputuskan terakhir. Boleh minta pendapat ke guru menulis atau rekan sejawat terkait pilihan judul dari tulisan yang sudah dibuat. 

Pertanyaan saya, sebagai pemula bagaimana Cara kita mengatasi hambatan yang disebabkan oleh kesulitan dalam mengalirkan gagasan tersebut Pak. Selain kita berlatih terus tentunya. 
Hambatan paling mendasar kita sulit mengalirkan gagasan karena gagasan yang mau diungkapkan belum jelas. Persoalan lainnya, kita kekurangan bahan untuk menunjang penyelesaian tulisan kita. Hal lain yang juga kerap terjadi, saat menulis, kita menempatkan diri dalam 2 peran sekaligus sebagai penulis juga editor. Saat menulis, lalu diedit, kita berhenti. Balik lagi ke awal. Terus terjadi seperti itu. Alhasil gagasan kita lewat tulisan tak selesai-selesai. Itu pengalaman pribadi dan masih juga terjadi pada diri saya. 

Apakah artikel-artikel yang saya buat dapat diberikan angka kredit dalam penyusunan DUPAK ke IV.b ? 
Saya kurang paham terkait hal ini. Sejauh pemahaman awam saya, tulisan yang dimuat di media masa, makalah yang dimuat dan dipresentasikan di seminar nasional atau internasional, dan makalah yang dimuat di jurnal terakreditasi nasional bisa menyumbangkan angka kredit yang bermanfaat untuk kenaikan pangkat. Saya punya dosen pembimbing yang sangat produktif berkarya tulis, sekali menulis 2 judul makalah untuk satu event seminar nasional. Kalau semua karya tulis didokumentasikan dengan baik, belajar dari kiprah dosen pembimbing saya, beliau naik pangkatnya cepat sekali. Kata kuncinya: konsisten berkarya tulis. Naik pangkat itu bonusnya. 

Akhir kata, menulislah dari sesuatu yang mudah, kita alami, dan kita kuasai. Semoga kita bisa rutin menulis setiap hari. Demikianlah resume kuliah siang hari ini semoga memberikan manfaat buat kita semua dan menjadikan lebih termotivasi untuk menulis lebih baik lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Penyaluran Sedekah Air Bersih

  Penyaluran Sedekah Air Bersih Selasa, 19 September 2023 PD Salimah Purbalingga bersama Laziz Jateng bekerja sama menyelenggarakan kegiatan...