BELAJAR MENULIS GELOMBANG 9
Pertemuan ke : 14
Hari/Tanggal : Selasa, 28 April 2020
Pukul :
13.00-15.00 WIB
MERANCANG DESAIN PEMBELAJARAN MODERN
Assalamualaikum warrahmatullahi
wabarakatuh. Alhamdulillah semoga semuanya dalam keadaan sehat wal afiat
sehingga masih bisa memiliki energi untuk mengikuti materi ini sampai selesai.
Tak kalah menarik dengan malam-malam
sebelumnya, Om Jay menghadirkan narasumber dari Bengkulu dengan moderator Mr.
Bams. Beliau bernama Dr.
PAIDI, S.Pd., M.TPd.
Lahir di Bantul , 1 Januari 1971 dan menjabat sebagai Ketua MKKS SMK Propinsi
Bengkulu. Karya menulisnya dimuat di Jurnal Internasional. Beliau juga mendapatkan
tanda kehormatan Satya Lancana Karya Sapta X Tahun dari
Presiden Republik Indonesia tahun 2016.
Teknik
dan pendekatan tentang cara mendesain buku pembelajaran mengacu pada tokoh
fenomenal bidang desain pembelajaran yaitu Prof. Dr. Atwi Suparman (mantan
rektor UT) dan Dick & Carrey. Secara
umum proses perancangan desain pembelajaran ada11 langkah :
Khusus untuk langkah yang terakhir Evaluasi Sumatif sifatnya tidak harus dilakukan dalam proses desain pembelajaran karena harus dilakukan oleh pihak lain. Sedangkan untuk buku pembelajaran yang dirancang untuk keperluan penerbit bisanya pihak penerbit sudah mempunyai format/standar tertentu. Sehingga jika penulis ingin memasukkan buku agar bisa diterbitkan oleh penerbit maka format yg digunakan harus mengacu kepada format yang digunakan oleh penerbit.
- Kita perlu mendapatkan data dan informasi guna mendapatkan masukan dari siswa/pengguna atas materi-materi yang dianggap sulit atau dipelajari lebih lanjut.
- Berdasarkan data yang didapat, kita membuat identifikasi kebutuhan peserta didik terhadap mata pelajaran / bahan yang akan kita rancang.
- Membuat analisis instruksional/ pembelajaran mata pelajaran yang akan kita rancang
- Seorang perancang perlu mendapatkan gambaran karakteristikpeserta didik yang akan menjadi target atau pemakai buku yang akan kita rancang.
- Membuat rumusan tujuan instruksional khusus (penggunaan istilah instruksional disini berdasarkan sumber asli yg dikarang oleh Dick & Carrey yaitu instructional)
- Melakukan penyusunan TES
- Membuat perencanaan strategi instruksional/pembelajaran yang akan digunakan (dalam hal ini dirancang pembelajaran secara blended learning)
- Mengembangkan dan memilih bahan instruksional. Bahan pembelajaran yang dirancang dapat dibedakan menjadi 2 yaitu bahan tercetak dan bahan online. Dalam hal perancangan bahan pembelajaran (Buku) dapat digunakan teori Rowntre dan untuk bahan online bisa menggunakan teori hannafin.
- Setelah draft bahan tersedia (langkah 8) lalu direvisi
- Selanjutnya perlu dilakukan evaluasi formatif sebagai berikut:
- One-to-one expert dengan melibatkan 4 orang pakar (pakar Desain, pakar Media, pakar Materi, pakar bahasa);
- One-to-one learner (melibatkan 3 orang siswa yang berasark dari siswa peringkat atas, menengah dan bawah);
- Evaluasi small group (melibatkan sekitar 9 siswa yang berasakl dari kelompok, menengah dan bawah);
- Field trial yaitu tahap uji coba luas dengan melibatkan siswa sekitar 30 siswa yang berasal dari kelompokl Atas, menengah dan bawah. Setiap tahapan muai evaluasi one-to-one, evaluasi small group akan menghasilkan namanya draft bahan pembelajaran dan setelah field trial baru dinamakan prototipe bahan pembelajaran
Khusus untuk langkah yang terakhir Evaluasi Sumatif sifatnya tidak harus dilakukan dalam proses desain pembelajaran karena harus dilakukan oleh pihak lain. Sedangkan untuk buku pembelajaran yang dirancang untuk keperluan penerbit bisanya pihak penerbit sudah mempunyai format/standar tertentu. Sehingga jika penulis ingin memasukkan buku agar bisa diterbitkan oleh penerbit maka format yg digunakan harus mengacu kepada format yang digunakan oleh penerbit.
TES Formatif disini adalah tes yang
dibuat (modelnya bisa multiple choice, Essay dll) atas materi yang ada di bahan
pembelajaran. Tes ini dibuat oleh si perancang buku yng sebeluamnya telah
melalui telaah oleh pakar dan uji validitas maupun reabilitasnya. Sedangkan Tes
Sumatif dalam konsep desain ini adalah penilaian oleh lembaga lain (eksternal)
atas kelayakan bahan yang dibuat oleh si Perancang buku tsb. Khusus untuk langkah yng terakhir Evaluasi
Sumatif sifatnya tidak harus dilakukan dalam proses desain pembelajaran karena
harus dilakukan oleh pihak lain.
Bapak Paidi pernah merancangkan sebuah
desain pembelajaran untuk SMKN 1 Bengkulu, waktu itu pihak sekolah kesulitan
untuk mencari pola pembelajaran untuk siswanya yang melaksanakan di industri
sekitar 6 bulan, maka dibuatkan sebuah konsep namanya blended learning dan
alhamdulilah bisa digunakan dengan media yg dipakai siswa dan guru kala itu
adalah Handphone. Praktek pembelajarannya memang menggabungkan antara
pembelajaran di classroom dengan online. Untuk cara praktisnya bisa dilihat di
slide no. 7 tentang Pengembangan Blended Learning Berbasis Handphone (BLISH).
Alhamdulilah untuk pakar yg
dimaksud Prodi S2 Teknologi Pendidikan
Universitas Bengkulu sudah banyak yang bisa, dengan syarat ybs sudah mencapai kualifikasi
S3/Doktor (Pendapat Sugiyono dalam Bukunya R&D) atau juga di kampus atau
lembaga lain juga bisa selagi sudah ada bukti kepakarannya.
Software yang pernah dipakai untuk
e-learning tersebut menggunakan moodle. Harganya murah meriah karena sifatnya
open source.
Langkah-langkah mendesain cara
mengembangkannya sama dengan model Dick and Carry. Namun juga bisa mengkombinasikan dengan
teori/model lain seperti pada langkah 8 selagi sesuai dengan karakteristik
bahan pembelajarannya.
Research versi penerbit berbeda dengan
blended learning versi Bapak Paidi. Blended learning itu sebuah model
pembelajaran. Kalau Versi penerbit ini
lebih pada aturan tata cara pengetikan seperti desain cover, isi dll yang
diberlakukan oleh penerbit jika buku tsb dicetak oleh penerbit. Hal ini biasanya ditetapkan oleh penerbit
karena ada kebutuhan tertentu yang menyangkut untuk keuntungan penjualan. Pihak
penerbit biasanya sudah punya team editor sendiri, seperti yang pernah dilakukan
untuk memperbaiki draft buku di Penerbit Salemba IV - Jakarta, sehingga buku tersebut
bisa dicetak/diterbitkan oleh Salemba IV.
Sedangkan untuk buku pembelajaran yang
dirancang untuk keperluan penerbit bisanya pihak penerbit sudah mempunyai
format/standar tertentu. Sehingga jika penulis ingin memasukkan buku agar bisa
diterbitkan oleh penerbit maka format yang digunakan harus mengacu kepada
format yang digunakan oleh penerbit.
Tidak ada persyaratan minimal jumlah
halamannya. Yang pasti buku tsb sudah mencakup semua materi hasil analisis pada
langkah 3 dan 5.
Pada prinsipnya Desain pembelajaran
itu bisa untuk semua mata pelajarannya, yang membedakannya terletak pada isi
pelajarannya jadi bisa digunakan di jenjang Sekolah Dasar. Kelebihan desain
pembelajaran ini adalah akan menghasilkan buku pembelajaran yang bisa dijamin
kebenarannya selagi prosedur dikerjakan dengan benar. Kelebihan lain juga
desain pembelajaran ini akan dilengkapi dengan instrumen pendukungnya
termasuk model pembelajarannya sudah
ditentukan.
waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk buku ajar 1 buku /tahun dibutuhkan waktu penelitian
antara 6 sampai 10 bulan. Jika focus utk desain buku saja 6 bulan itu insyallah
sudah selesai. Tiap bab materi ajar dibuku ajar yang dikembangkan harus
diujikan untuk tahap Small group dan Field trial.
Demikian sekilas cara mendesain bahan
pembelajaran yang secara ilmiah dapat dipertanggungjawaban, InsyaAllah jika
tahapan di atas dilakukan secara benar maka tidak akan terjadi kasus salah
gambar dll sebagaimana dahulu pernah terjadi di buku-buku yang beredar di
lingkup dikbud khususnya jenjang sekolah dasar.
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar