Kamis, 30 April 2020

Merancang Desain Pembelajaran Modern


BELAJAR MENULIS GELOMBANG 9

Pertemuan ke        : 14
Hari/Tanggal         : Selasa, 28 April 2020
Pukul                      : 13.00-15.00 WIB
Peresume              : Safitri Yuhdiyanti (safitriyudiyanti@gmail.com)


MERANCANG DESAIN PEMBELAJARAN MODERN


Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillah semoga semuanya dalam keadaan sehat wal afiat sehingga masih bisa memiliki energi untuk mengikuti materi ini sampai selesai.

Tak kalah menarik dengan malam-malam sebelumnya, Om Jay menghadirkan narasumber dari Bengkulu dengan moderator Mr. Bams.  Beliau bernama Dr. PAIDI, S.Pd., M.TPd. Lahir di Bantul , 1 Januari 1971 dan menjabat sebagai Ketua MKKS SMK Propinsi Bengkulu. Karya menulisnya dimuat di Jurnal Internasional. Beliau juga mendapatkan tanda kehormatan Satya Lancana Karya Sapta X Tahun dari Presiden Republik Indonesia tahun 2016.
Teknik dan pendekatan tentang cara mendesain buku pembelajaran mengacu pada tokoh fenomenal bidang desain pembelajaran yaitu Prof. Dr. Atwi Suparman (mantan rektor UT) dan Dick & Carrey.  Secara umum proses perancangan desain pembelajaran ada11 langkah :



  1. Kita perlu mendapatkan data dan informasi guna mendapatkan masukan dari siswa/pengguna atas materi-materi yang dianggap sulit atau dipelajari lebih lanjut.
  2. Berdasarkan data yang didapat, kita membuat identifikasi kebutuhan peserta didik terhadap mata pelajaran / bahan yang akan kita rancang.
  3. Membuat analisis instruksional/ pembelajaran mata pelajaran yang akan kita rancang
  4. Seorang perancang perlu mendapatkan gambaran karakteristikpeserta didik yang akan menjadi target atau pemakai buku yang akan kita rancang.
  5. Membuat rumusan tujuan instruksional khusus (penggunaan istilah instruksional disini berdasarkan sumber asli yg dikarang oleh Dick & Carrey yaitu instructional)
  6. Melakukan penyusunan TES
  7. Membuat perencanaan strategi instruksional/pembelajaran yang akan digunakan (dalam hal ini dirancang pembelajaran secara blended learning)
  8. Mengembangkan dan memilih bahan instruksional. Bahan pembelajaran yang dirancang dapat dibedakan menjadi 2 yaitu bahan tercetak dan bahan online. Dalam hal perancangan bahan pembelajaran (Buku) dapat digunakan teori Rowntre dan untuk bahan online bisa menggunakan teori hannafin.
  9. Setelah draft bahan tersedia (langkah 8) lalu direvisi
  10. Selanjutnya perlu dilakukan evaluasi formatif sebagai berikut:
  • One-to-one expert dengan melibatkan 4 orang pakar (pakar Desain, pakar Media, pakar Materi, pakar bahasa);
  • One-to-one learner (melibatkan 3 orang siswa yang berasark dari siswa peringkat atas, menengah dan bawah);
  • Evaluasi small group (melibatkan sekitar 9 siswa yang berasakl dari kelompok, menengah dan bawah);
  • Field trial yaitu tahap uji coba luas dengan melibatkan siswa sekitar 30 siswa  yang berasal dari kelompokl Atas, menengah dan bawah. Setiap tahapan muai evaluasi one-to-one, evaluasi small group akan menghasilkan namanya draft bahan pembelajaran dan setelah field trial baru dinamakan prototipe bahan pembelajaran
11Merancang dan Mengembangkan Evaluasi Sumatif.
Khusus untuk langkah yang terakhir Evaluasi Sumatif sifatnya tidak harus dilakukan dalam proses desain pembelajaran karena harus dilakukan oleh pihak lain. Sedangkan untuk buku pembelajaran yang dirancang untuk keperluan penerbit bisanya pihak penerbit sudah mempunyai format/standar tertentu. Sehingga jika penulis ingin memasukkan buku agar bisa diterbitkan oleh penerbit maka format yg digunakan harus mengacu kepada format yang digunakan oleh penerbit.

TES Formatif disini adalah tes yang dibuat (modelnya bisa multiple choice, Essay dll) atas materi yang ada di bahan pembelajaran. Tes ini dibuat oleh si perancang buku yng sebeluamnya telah melalui telaah oleh pakar dan uji validitas maupun reabilitasnya. Sedangkan Tes Sumatif dalam konsep desain ini adalah penilaian oleh lembaga lain (eksternal) atas kelayakan bahan yang dibuat oleh si Perancang buku tsb.  Khusus untuk langkah yng terakhir Evaluasi Sumatif sifatnya tidak harus dilakukan dalam proses desain pembelajaran karena harus dilakukan oleh pihak lain.

Bapak Paidi pernah merancangkan sebuah desain pembelajaran untuk SMKN 1 Bengkulu, waktu itu pihak sekolah kesulitan untuk mencari pola pembelajaran untuk siswanya yang melaksanakan di industri sekitar 6 bulan, maka dibuatkan sebuah konsep namanya blended learning dan alhamdulilah bisa digunakan dengan media yg dipakai siswa dan guru kala itu adalah Handphone. Praktek pembelajarannya memang menggabungkan antara pembelajaran di classroom dengan online. Untuk cara praktisnya bisa dilihat di slide no. 7 tentang Pengembangan Blended Learning Berbasis Handphone (BLISH).

Alhamdulilah untuk pakar yg dimaksud  Prodi S2 Teknologi Pendidikan Universitas Bengkulu sudah banyak yang bisa, dengan syarat ybs sudah mencapai kualifikasi S3/Doktor (Pendapat Sugiyono dalam Bukunya R&D) atau juga di kampus atau lembaga lain juga bisa selagi sudah ada bukti kepakarannya.
Software yang pernah dipakai untuk e-learning tersebut menggunakan moodle. Harganya murah meriah karena sifatnya open source.

Langkah-langkah mendesain cara mengembangkannya sama dengan model Dick and Carry.  Namun juga bisa mengkombinasikan dengan teori/model lain seperti pada langkah 8 selagi sesuai dengan karakteristik bahan pembelajarannya.
Research versi penerbit berbeda dengan blended learning versi Bapak Paidi. Blended learning itu sebuah model pembelajaran.  Kalau Versi penerbit ini lebih pada aturan tata cara pengetikan seperti desain cover, isi dll yang diberlakukan oleh penerbit jika buku tsb dicetak oleh penerbit.  Hal ini biasanya ditetapkan oleh penerbit karena ada kebutuhan tertentu yang menyangkut untuk keuntungan penjualan. Pihak penerbit biasanya sudah punya team editor sendiri, seperti yang pernah dilakukan untuk memperbaiki draft buku di Penerbit Salemba IV - Jakarta, sehingga buku tersebut bisa dicetak/diterbitkan oleh Salemba IV.

Sedangkan untuk buku pembelajaran yang dirancang untuk keperluan penerbit bisanya pihak penerbit sudah mempunyai format/standar tertentu. Sehingga jika penulis ingin memasukkan buku agar bisa diterbitkan oleh penerbit maka format yang digunakan harus mengacu kepada format yang digunakan oleh penerbit.
Tidak ada persyaratan minimal jumlah halamannya. Yang pasti buku tsb sudah mencakup semua materi hasil analisis pada langkah 3 dan 5.

Pada prinsipnya Desain pembelajaran itu bisa untuk semua mata pelajarannya, yang membedakannya terletak pada isi pelajarannya jadi bisa digunakan di jenjang Sekolah Dasar. Kelebihan desain pembelajaran ini adalah akan menghasilkan buku pembelajaran yang bisa dijamin kebenarannya selagi prosedur dikerjakan dengan benar. Kelebihan lain juga desain pembelajaran ini akan dilengkapi dengan instrumen pendukungnya termasuk  model pembelajarannya sudah ditentukan.
waktu yang dibutuhkan  untuk menghasilkan produk buku ajar  1 buku /tahun dibutuhkan waktu penelitian antara 6 sampai 10 bulan. Jika focus utk desain buku saja 6 bulan itu insyallah sudah selesai. Tiap bab materi ajar dibuku ajar yang dikembangkan harus diujikan untuk tahap Small group dan Field trial.

Demikian sekilas cara mendesain bahan pembelajaran yang secara ilmiah dapat dipertanggungjawaban, InsyaAllah jika tahapan di atas dilakukan secara benar maka tidak akan terjadi kasus salah gambar dll sebagaimana dahulu pernah terjadi di buku-buku yang beredar di lingkup dikbud khususnya jenjang sekolah dasar.
 Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Penyaluran Sedekah Air Bersih

  Penyaluran Sedekah Air Bersih Selasa, 19 September 2023 PD Salimah Purbalingga bersama Laziz Jateng bekerja sama menyelenggarakan kegiatan...