MOMENTUM
PEMBELAJARAN DARING
DI KELAS B4 TK N
PEMBINA BOBOTSARI
Sejak diberlakukannya Surat Edaran
Menteri tentang Work From Home dan Belajar Di Rumah, pembelajaran mengalami
disrupsi. Yang semula diadakan secara
konvesional bertatap muka sekarang harus dilakukan secara daring. Demikian pula terjadi di sekolah kami. Banyak sekali
kisah menarik, lucu , maupun sedih yang terjadi dalam proses belajar dengan
metode ini. Mulai 16 Maret 2020 sekolah menerapkan metode pembelajaran siswa
secara daring. Waktu itu bertepatan hari Senin,
kami sengaja tidak meliburkan.
Hal ini dikandung maksud karena kondisi orang tua tidak semua memiliki
alat komunikasi melalui grup WhatsApp sehingga perlu menjelaskan secara
langsung. Anak-anak juga tentunya akan
lebih memahami apabila mendengar penjelasan dari ibu guru. Mereka hanya berkumpul sebentar di halaman
sekolah lalu diberikan lembar penugasan untuk dikerjakan di rumah. Kami memahami anak-anak tidak boleh diberi
penugasan biarlah mereka bermain dengan orang tua dan keluarganya dengan
bebasnya. Tetapi apabila orang tua tidak
bisa mendampingi belajar, tentunya anak-anak pun akan terlantar.
Adanya virus Corona adalah merupakan peristiwa yang
tidak terlupakan sampai akhir hayatnya.
Anak-anak diberi sosialisasi mengenai virus Corona melalui pembelajaran daring. Tentunya kegiatan yang diberikan dikemas
dengan cara yang menarik dan tidak membosankan.
Pembelajaran daring di sekolah kami ternyata tidak
berjalan sesuai yang direncanakan. Ada
beberapa kelas lain yang tidak terlaksana karena minimnya fasilitas yang
dimiliki oleh orang tua. Jadi hanya
diatasi dengan pemberian tugas saat di hari terakhir masuk sekolah. Untuk
mengetahui bahwa anak-anak sudah mengerjakan tugas, maka sekali waktu orang tua
diharapkan datang kembali ke sekolah untuk menerima tugas yang baru lagi sambil
membawa tugas yang sebelumnya. Berdasarkan
analisis kami melihat ada beberapa faktor penyebab diantaranya sebagai berikut
:
1.
Karakteristik
anak
Perlu kita pahami bahwa anak usia dini adalah bukan
orang dewasa mini. Mereka memiliki sifat
egosentris sehingga masih perlu bimbingan dan arahan. Setiap anak memiliki karakter dan tahap
perkembangan berbeda-beda. Mereka juga
memiliki tipe belajar yang berbeda-beda,ada yang audio, ada yang visual dan
kinestetik.
2.
Latar belakang
orang tua
Pekerjaan orang tua dari anak-anak didik juga
berbeda-beda. Ada yang menjadi pedagang,
wiraswasta, PNS, buruh dan IRT. Apalagi
di masa lockdown seperti ini tentunya mereka harus berkarya lebih ekstra untuk
menghidupi keluarga. Terutama wali murid
yang bekerja sebagai tenaga medis sebagai garda terdepan menghadapi Corona
akhirnya mengorbankan keluarga dan anak-anaknya untuk belajar lebih mandiri.
3.
Model
pembelajaran
Anak-anak lebih menyukai pembelajaran yang bersifat
eksploratif dan sesuatu yang baru. Anak-anak diberi tugas tidak hanya sekedar
menyelesaikan tugas di bukunya, tetapi anak-anak diberikan
pula kegiatan kreativitas dengan
bahan-bahan yang ada di rumah. Selain
itu kemandirian, sopan santun dan membantu orang tua juga dilatih. Hafalan surat pendek juga tetap dipantau
supaya masih terjaga hafalannya.
Penugasan- penugasan yang bisa diberikan berupa :
a.
Menggambar dan
menceritakan tentang corona
b.
Melakukan praktek
cuci tangan dengan benar
c. Melayani orang
tua dengan cara membuatkan air minum teh manis, mencuci piring dan memijit ibu.
d.
Berolahraga
dan berjemur
e.
Merapikan
tempat tidur
f.
Menyanyi lagu
kesukaan
g.
Menyebutkan
dan mencari benda berbentuk lingkaran , segiempat, segitiga
h.
Mengurutkan
benda berdasarkan warna, ukuran, jumlahnya.
i.
Mengenal suara
huruf awal dsb.
4.
Keaktifan orang tua dan anak
Berdasarkan hasil yang dikirimkan orang tua baik
berupa foto,voice note maupun video, ternyata tidak semua menyelesaikan tugasnya. Bisa juga sudah selesai dikerjakan namun
belum sempat mengirimkan ke ibu guru. Terkadang
ada beberapa orang tua yang merasa kesulitan dan menyampaikan kalau putra/putinya sudah dibujuk
tetapi tetap belum mau mengerjakan. Namun
ini bukanlah suatu kendala yang tidak bisa diatasi, karena bagaimana pun
anak-anak harus tetap belajar di rumah.
Kami sebagai guru hanya bisa
menyampaikan supaya anak-anak tidak perlu dipaksakan dan dibujuk dengan pelan
supaya anak memiliki kemauan sendiri untuk mengerjakan. Karena penilaian di TK bukan tergantung pada
hasil tetapi pada proses. Hal terpenting
adalah anak-anak masih terus terpantau saat bermain dan tidak terlalu larut bermain gawai.
Kami mengambil sampel di Kelas B4 TK N Pembina
Bobotsari sebanyak 14 anak.
Ada empat tipe golongan dilihat dari keaktifan anak
dan orang tua :
a.
Tipe A : orang
tua dan anak saling aktif ( 75%)
b.
Tipe B : orang
tua dan anak tidak aktif (0%)
c.
Tipe C : orang
tua pasif dan anak aktif (15 %)
d.
Tipe C : orang
tua aktif dan anak pasif (75%)
Pembelajaran daring di Kelas B4 TK N Pembina Bobotsari sudah mencapai angka
75%. Artinya pembelajaran daring
melalui grup wali murid sudah berjalan dengan baik. Perlu adanya kerja sama dari pihak guru
kelas, orang tua dan anak didik supaya pembelajaran daring ini lebih bisa
maksimal untuk dilaksanakan. Inilah pembelajaran daring yang mau tidak mau
harus kita lalui tak terbatas ruang dan waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar