Jadilah Guru Penggerak
Guru adalah sosok yang harus
memiliki empat kompetensi. Kita tentu
sudah hafal, ada 4 kompetensi yakni kompetensi pedagogi, kompetensi
profesional, kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian. Semua kompetensi tentunya harus melekat pada
diri kita sebagai guru. Guru dalam
bahasa Jawa adalah sosok yang harus digugu lan ditiru. Kita harus
memberikan contoh yang baik untuk anak didik kita, keluarga dan masyarakat.
Sepekan yang lalu, saya mendapatkan
info pendaftaran program tersebut. Teman
saya pun, langsung mencolek saya.
“Ayo, Bu Fitri ikut, dicoba saja,”
kata teman saya berujar dalam grup WhatsApp
tersebut.
Saya hanya membalas, “ Monggo bu,
yang lain saja yang sudah memiliki segudang prestasi”. Itulah jawaban pendek
seorang yang tidak memiliki keinginan untuk maju. Saya merasakan kemampuan saya yang masih
perlu banyak diasah, dan munculnya ketakutan akan bayangan yang menyurutkan
langkah.
Selang tiga hari, teman saya bertandang
ke rumah saya. Beliau meminta saya supaya membantu mempersiapkan dan mengonversi
berkas. Saya mencoba semampunya. Saya melihatnya begitu bersemangat di tengah
usia yang sudah berjalan memasuki angka 50 dengan keterbatasan IT. Namun beliau bersemangat untuk terus maju. Beliau
berpesan kita sudah memiliki bekal hanya tinggal keberanian. Jika kita ingin maju maka kita harus berani
mencoba suatu pembaharuan. Kegagalan
adalah kesuksesan yang tertunda.
Anggaplah ini sebagai suatu pengalaman dan menambah pengetahuan.
Ternyata H-1 beliau masih kesulitan
juga untuk mengupload berkas. Akhirnya menjelang magrib kulihat pesan di chat WhatsApp menunjukkan pukul 17.46
WIB.
“Bu, saya sudah di depan rumah”,
pesannya. Dengan berjaket tebal dan diiringi rintikan hujan gerimis, beliau
diantar putranya. Begitu luar biasa semangatnya.
Hari ini adalah hari terakhir
pendaftaran suatu program yang diadakan oleh Kemendikbud. Semalam saya dikirimi
foto, beliau sudah berhasil mengirimkan berkas sembari mengingatkan saya supaya
ikut mendaftar.
Waktu menunjukkan pukul 03.30,
alarmku biasa berbunyi. Kuambil air
wudhu untuk bersimpuh menghadap Allah, SWT, mengucap syukur sudah membangunkan
dari lelap tidurku. Aku ingat, hari ini
hari Senin, aku berniat untuk berpuasa. Lalu aku sahur dengan roti dan segelas air
minum. Semoga diberi kekuatan sampai
magrib tiba.
Setelah solat subuh, aku ijin pada
suami, bolehkah aku ikut mendaftar program ini? Sebagai wujud ketaatan pada
suami, saya harus mendapat ijin dan ridhonya.
Alhamdulillah ternyata suami mengijinkan dan mendoakan semoga
lolos. Akhirnya dengan secepat kilat dan
mengerahkan segenap tenaga, aku mulai mencari berkas dan mengetik form
pendaftaran. Aku telpon Ibu Kepala Sekolah, bahwa saya mau mengikuti program
ini dan meminta tanda tangan beliau untuk melengkapi berkas. Alhamdulillah, Allah banyak memberikan
kemudahan, pada pukul 21.46 saya berhasil mengupload semua berkas.
Dalam kaitan ini Philip H. Phenix
dalam bukunya Realms of Meaning
seperti yang dikutip oleh Mochtar Buchori (2001) dalam mempersiapkan anak-anak
agar mampu menjalani kehidupan, maka ada tiga tahap pendidikan yang diperlukan
untuk mengarungi kehidupan : (1) kemampuan mencari nafkah, “to make a living”;
(2) kemampuan mengembangkan kehidupan yang bermakna, “to lead a meaningful
life” ; (3) kemampuan untuk memuliakan kehidupan “to ennoble life”.
Pelajaran yang bisa kita ambil dari
kejadian hari ini adalah kita harus memiliki semangat untuk terus
bergerak. Peningkatan kompetensi dan
memiliki kinerja yang bagus harus mulai kita bangun untuk menjadi guru yang
selalu inspiratif. Guru yang memiliki
energi untuk berubah. Ibarat seorang
anak, dia bisa berlari bermula dari rambatan
(berjalan sambil berpegangan pada benda) kemudian merangkak, lalu berjalan satu langkah, dua langkah,
sampai akhirnya dia bisa berlari dengan kencang. Dalam kaitan ini Philip H. Phenix dalam
bukunya Realms of Meaning seperti
yang dikutip oleh Mochtar Buchori (2001) dalam mempersiapkan anak-anak agar
mampu menjalani kehidupan, maka ada tiga tahap pendidikan yang diperlukan untuk
mengarungi kehidupan : (1) kemampuan mencari nafkah, “to make a living”; (2)
kemampuan mengembangkan kehidupan yang bermakna, “to lead a meaningful life” ;
(3) kemampuan untuk memuliakan kehidupan “to ennoble life”.
Semoga kita bisa memberikan
inspirasi untuk rekan-rekan kita. Anak
didik pun akan memiliki visi dan semakin tumbuh berkembang kreativitasnya jika
kita memiliki motivasi dan menjadi visioner dalam mengajar.
#Tulisan hari-1 Lomba Menulis di blog
menjadi buku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar