Panen Rambutan
Sudah sekian tahun pohon rambutan tumbuh di samping rumah orang tua Marni. Sejak Lifa, anak Marni berusia 3 tahun, Bapak menanamnya. Saat musim berbuah, rambutan banyak sekali bergantungan di pohon. Buahnya besar dan rasanya manis sekali. Terang saja, banyak semut menghuni setiap sela kulit rambutan. Sekarang pohon itu sudah bercabang banyak dan berbuah lebat.
"Assalamualaikum...Mbah Kakung...Qia datang, Mbah!"seru Qia sambil berjinjit memencet bel di depan rumah.Ting tong..ting tong...
"Waalaikumsalam, ..ehh, cucu Mbah datang, " jawab Bapak sambil membuka pintu.
Qia langsung berlari dan mencium tangan Bapak. Marni pun langsung mencium takzim tangan Bapak. Qia kemudian menuju dapur mencari Mbah Putri. Ternyata Mbah Putri sedang menggoreng kerupuk. Kerupuk udang kesukaan Qia.
"Mbah Uti, Qia datang, wah ..enak sekali, lagi nggoreng kerupuk kesukaan Qia, " teriak Qia.
"Iya Qia, ayo sudah cuci tangan apa belum, nanti boleh makan kerupuknya," kata Ibu.
"Sudah Mbah, tadi di kran samping pohon rambutan, " kata Qia.
Sambil menengok Bapak Ibu, Marni tak lupa selalu membawa kue kesukaan ibu yaitu kue lapis legit. Kuenya saat diiris nampak garis bewarna coklat tua dan kuning. Rasanya enak dan lembut saat dimakan. Ibu biasa menyiapkan roti untuk persediaan sewaktu-waktu niat berpuasa dan sahur dengan hanya makan roti dan segelas susu. Saat ada tamu pun tidak perlu repot mencari sajian untuk menghormatinya.
"Ibu, ini kue lapis legitnya, Marni taruh di atas lemari es ya," kata Marni.
"Wah, pas banget. Tinggal sepotong tuh kue Ibu, Makasih ya," jawab Ibu.
"Iya, Bu. Marni selalu ingat kesukaan Ibu, " jawab Marni.
Waktu sudah menunjukkan jam dua siang. Marni pun bersiap akan pulang ke rumah. Lifa dan Ijad ditinggal di rumah, karena memang tidak akan menginap di rumah Bapak. Bapak masih memakai gips, hari ini memasuki hari yang ke- 20 sejak pemasangan gips. Bapak nampak sabar dalam menikmati ujian ini.
"Mana ayahmu Qia? Rambutan Mbah berbuah banyak, ayah disuruh memetik rambutan ya! " perintah Bapak.
"Emak, tadi ayah ke mana ya, " tanya Qia.
"Emak melihat ayah naik motor. Coba, Qia lihat sudah sampai rumah lagi apa belum!" perintah Marni.
Kemudian Qia berlari menuju depan rumah. Qia akhirnya menemukan motor ayah ada di depan rumah. Namun ayah tidak ada. Qia menuju samping rumah dekat kandang ayam. Barulah Qia bertemu ayahnya yang sedang memberi makan ayam.
"Rupanya Ayah ada di sini. Qia cari muter-muter. Ayah, disuruh Mbah Kakung supaya memetik rambutan," pesan Qia.
"O, ya sebentar ini pakannya tinggal sedikit lagi," kata Ayah.
Bapak sudah menyiapkan bambu panjang untuk memetik rambutan. Rambutan ini rupanya belum dipanen sama sekali. Bapak sengaja menunggu suami Marni yang memetik. Bapak takut jika ada semut yang masuk ke dalam gipsnya.
Satu per satu cabang dan ranting rambutan dipetik. Satu ranting buah rambutan bisa berisi 5 sampai 10 buah. Buahnya berwarna merah ranum. Ada yang warna merah tua, hijau dan jingga. Yang berwarna merah bentuknya lebih besar dari yang jingga. Saat dimakan, dagingnya pun tebal dan berair manis. Kulit bijinya terkadang sampai ikut mengelupas. Kalau sudah seperti ini, perlu hati-hati agar tidak memicu batuk di tenggorokan.
Buah rambutan banyak terjatuh di bawah pohon. Semut hitampun mulai beraksi berlarian ke sana kemari. Qia sambil melompat- lompat mengambil buah rambutan. Bapak memerintahkan supaya ranting rambutan dipukul-pukulkan ke lantai agar semut keluar dari sela-sela rambut yang ada di kulit rambutan. Bapak memasukkan rambutan ke dalam tas plastik untuk disiapkan dibawa pulang Qia.
"Qia, ini rambutannya. Nanti dibagi ya sama mbak Lifa dan mas Ijad," pesan Bapak.
"Iya Mbah, mas Ijad pasti senang sekali makan rambutan ini. Manis sekali, Mbah," jawab Qia dengan girang.
"Hati-hati ya, masih banyak semutnya, " kata Bapak.
"Qia nanti minta tolong sama mbak Lifa agar membantu membukakan rambutannya," jawab Qia.
Buah rambutan tinggal tersisa beberapa cabang. Warna rambutan masih nampak jingga sehingga masih menunggu waktu supaya lebih masak lagi. Daun berceceran di bawah pohon. Marni pun segera mengambil sapu untuk membersihkan sampahnya. Daun pun terkumpul dan diangkut ke tempat pembuangan sampah. Bapak biasa membuat kompos sampah daun.
Bapak hanya mengambil kurang lebih satu tas kecil buah rambutannya. Lainnya dibawa pulang oleh Qia. Waktu sudah menjelang sore, Marni pun berpamitan kepada Bapak dan Ibu untuk segera pulang ke rumah. Jarak tempuh Marni sekitar 1,5 jam. Mudah-mudahan sebelum azan Magrib, sudah sampai rumah kembali.
Tantangan hari ke-10 Lomba Menulis di blog menjadi buku
Profil Penulis
Safitri Yuhdiyanti, S.Pd.AUD. Aktifitas sebagai guru di TK Negeri Pembina Bobotsari. NPA : 12111200300.
https://terbitkanbukugratis.id/safitri-yuhdiyanti/02/2021/panen-rambutan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar