Tampil Eksis di Masa Covid 19
Masa sekarang adalah masa transformasi pendidikan. Guru melakukan pembelajaran secara online. Apabila guru sedang jadwal WFH maka manfaatkan sebaik mungkin. Bukan malah kita manfaatkan untuk acara keluarga maupun bersantai ria. Kita memiliki tanggung jawab moral kepada pemerintah dan wali murid apalagi terhadap Allah SWT, Penguasa Alam Raya. Kita bangun komunikasi yang efektif dan tingkatkan kompetensi. Masa pandemi adalah masa yang sulit. Guru dan orang tua juga memiliki problema dalam menghadapi pembelajaran. PPKM Jilid 2 untuk Semarang, Solo Raya dan Banyumas akhirnya diberlakukan kembali untuk menurunkan angka Covid 19.
Kurikulum juga tidak dipersyaratkan untuk dituntaskan di masa pandemi ini. Untuk kurikulum dikemas berupa pembelajaran yang bersifat lifeskill. Guru profesional yang sudah lulus sertifikasi diharapkan untuk meningkatkan kompetensi profesionalisme dan kesejahteraan. Guru harus naik secara jenjang karier.
Kemarin saya mendapatkan pengalaman luar biasa dari Bapak Ulul Azam, S.Psi.,S.Pd.,M.Pd.,(c)Ph.D. berasal dari Pekalongan. Beliau menyampaikan tentang cara mengatasi pembelajaran supaya lebih eksis dan tidak mengalami pembekuan pembelajaran. Beliau lahir di Batang, 12 Juli 1987. Pendidikannya dari S1 di Fak Psikologi UGM dan S2 BK. Saat kuliah S2 beliau ditawari memilih kelas yang reguler dengan biaya sendiri atau kelas Jumat Sabtu dengan biaya dari dinas. Ternyata beliau memilih kelas kuliah yang reguler. Beliau berpikir kelas reguler hari Senin-Kamis akan lebih memacu motivasi dan membuka pikirannya. Belajar bersama orang-orang yang masih berusia muda. Sedangkan kalau memilih kuliah di hari Jumat Sabtu, seolah hanya menuntut untuk legalitas. Kuliahnya bersama para senior pendidikan.
Kemudian masuk ke industri dan menjadi manajer pabrik. Setelah itu melanjutkan S3 Di UGM (proses). Riwayat kerja Pak Azam pernah menjadi Cabin Crew Garuda Indonesia, Guru BK SMK, Dosen FKIP, Manager HRD-GA Sami Surya Group, Tim Ahli/Konsultan di Islamic Development Bank, General manager PT Aston Sistem Indonesia, Direktur CV. Cipta Kreasi Indonesia, Owner Azzam Learning Center.
Pak Azam hanya memiliki motivasi utama yaitu kuliah untuk belajar, untuk uang bisa dipikir kemudian. Hal yang perlu dilakukan adalah memiliki semangat sendiri untuk meningkatkan potensi diri.
Sertifikasi harusnya memiliki kompetensi yang lebih unggul. Beliau mengamati jarang ada peningkatan secara signifikan dari sisi afektif, kognitif dan psikomotor. Jadi jika kita ingin maju maka tidak harus menunggu perintah atasan. Kalau kita berpikir hanya banyaknya uang yang dikeluarkan untuk kuliah. Maka ilmu yang kita peroleh tidak akan tidak memiliki kualitas yang bagus. Tanamkan dalam diri ada motivasi yang kuat dan memiliki keinginan untuk mengubah menjadi lebih baik.
Bagaimana pendampingan ke guru agar tetap eksis di masa pandemi? Inilah tiga trik agar tetap eksis selama pandemi :
1. Covid 19 adalah tantangan dan bukan bencana.
Jika semua guru menyadari peningkatan kualitas pendidikan maka guru akan lebih profesional. Inilah kuncinya..maka akan muncul ide kreatif walaupun pandemi. Adanya Covid 19 adalah pembuktian sejauh mana kita bisa hadapi "challenge" ini.
2. Perbaiki komunikasi.
Kita juga perlu memperbaiki pola komunikasi orang tua. Mereka perlu diajak diskusi. Buatlah diskusi dan komunikasi yang brilian untuk pembelajaran. Kita mampu secara dialektif sehingga orang tua tetap merasa butuh dengan pendidikan yang kita berikan.
Membuat komunikasi yang cantik dan kita menguasai esensi pembelajaran yang menyenangkan sehingga orang tua dan siswa juga tidak merasa bosan. Saat pembelajaran online maka guru berpenampilan menarik sehingga siswa akan lebih semangat dalam belajar.
Saat diskusi dengan wali murid, sampaikanlah sesuatu yang substansial sehingga mendapat tambahan pengetahuan yang sifatnya selalu update.
Kita ingat pepatah Jawa yang mengatakan bahwa "Ajining dhiri ana ing lathi" mempunyai makna bahwa ucapan memegang peranan penting bagi seseorang karena diyakini harga diri seseorang ditentukan oleh ucapan, seseorang harus berhati-hati menjaga ucapannya. Kita harus benar-benar mempertimbangkan secara cermat akibat yang dapat ditimbulkan oleh ucapan itu. Ucapan seseorang haruslah disadari sebagai cerminan pikiran dan pribadi seseorang. Ucapan yang dapat menimbulkan citra harga diri adalah harus berdasarkan kebenaran.
Sedangkan "Ajining raga ana ing busana", mempunyai makna bahwa pakaian juga memegang peranan penting bagi seseorang, orang dengan busana atau pakaian rapi tentunya menaikkan martabatnya. Dengan kata lain, busana atau pakaian secara fisik mencerminkan siapa diri kita sebenarnya.
3. Manusia adalah fluktuatif.
Maka kira harus memiliki kesadaran diri kadang kemampuan kita di atas kadang di bawah. Seiring dengan pertambahan usia maka daya pikir akan menurun. Maka perlu ada kesadaran diri sehingga kita perlu mengikuti pelatihan untuk mencari ilmu.
Akankah kita menjauhi atau kita mau berdamai dengan Covid 19? Kunci menghadapi Covid 19 adalah pada diri kita sendiri. Kita manfaatkan webinar maupun workshop yang ada untuk menambah pengetahuan dan mencari ilmu sebanyak-banyaknya.
Tantangan hari ke-19 Lomba Menulis di blog menjadi buku
Profil Penulis
Safitri Yuhdiyanti, S.Pd.AUD. Aktifitas sebagai guru di TK Negeri Pembina Bobotsari. NPA : 12111200300.
Luar biasa Bu Fitri. Sy setuju. Tetap semangat dimasa pandemi..
BalasHapusPandemi menjadikan kita lebih kreatif
BalasHapus