Menulis itu Menyenangkan
Sumber :Pixabay.com
Menulis itu menyenangkan. Itulah modal awal untuk memulai menulis. Kita harus membuat mindset otak kita nyaman dan bahagia saat menulis. Ibarat dikejar deadline maka otak akan otomatis tertuju pada satu ide. Mungkin awalnya adalah “terpaksa” nanti lama kelamaan akan menjadi terbiasa. Mengapa menulis terkadang dianggap sesuatu yang sulit? Karena memang tidak terbiasa menulis. Meminjam istilah Pak Catur, beliau adalah Redaksi Pelaksana dari Suara Guru PB PGRI, kuncinya adalah menulis, menulis, menulis. Tidak ada kata terlambat untuk mengawalinya.
Selain itu, kita bisa belajar dari penulis hebat seperti Joanne Kathleen Rowling atau dikenal J.K. Rowling dengan buku best sellernya Harry Potter. Awalnya 12 penerbit menolak untuk menerbitkan karya perdananya. Hingga akhirnya penerbit kecil Bloomsbury memberi kesempatan kepadanya.
Sebagaimana disebutkan dalam surat Al Insyiroh ayat 6 : “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”. Kita pasti meyakini hal ini. Kita tentu berupaya dengan tekad yang kuat dapat melalui hambatan dan kemalasan untuk menggerakkan jemari kita menari di atas tuts maupun ponsel.
Sylvia Plath mengutarakan bahwa “keraguan adalah musuh kreativitas”. Kita tidak akan melangkah dengan mantap jika selalu dihantui bayang-bayang keraguan. Kapan kita akan berani mencoba. Layaknya seorang anak yang baru belajar naik sepeda. Dia berlatih dengan sepeda roda tiga. Kemudian bertambah lagi kemampuannya, mengganti sepedanya dengan sepeda mini dengan dilengkapi roda bantu. Dia masih merasa takut. Ada kenyamanan saat masih ada roda bantu. Namun dia ingin berlari mengejar teman-temannya mengayuh sepeda di urutan pertama. Dia akan melepas roda bantunya. Sekali waktu, dia pasti roboh merasakan sakit. Namun keinginan besar mengalahkan rasa sakitnya, dia mencoba terus sampai akhirnya dia kayuh sepeda dengan kencangnya.
Menulis adalah suatu keterampilan. Bukan alasan jika kita mengatakan tidak memiliki bakat menulis. Keterampilan menulis tentu berproses. Perlu banyak latihan dan menyediakan waktu untuk sedikit bermanja dengan si pena. Setelah terbiasa menulis maka akan ditemui banyak trik dan pengalaman.
Ide mengalir begitu saja saat kita bekerja. Jangan sia-siakan ide brilian ini tanpa kita tuangkan dalam sebuah tulisan. Ide merupakan mutiara yang terserak. Kita ambil satu persatu mutiara itu untuk kita rajut menjadi sebuah kalung yang indah. Tulisan yang sampai di hati pembaca tentu perlu banyak polesan. Pembaca akan merasa ikut hadir dan terhanyut dalam bacaan yang kita tulis. Untuk itu kita perlu dikuatkan dengan wawasan bacaan yang luas. Menulis dan membaca ibarat sisi mata uang. Jika ingin lebih bagus tulisan kita maka kita perlu banyak membaca. Dengan membaca akan memperkaya diksi, gaya menulis dan pengetahuan untuk bahan ide menulis.
Saat menulis kita akan mendapat pengakuan dari masyarakat jika kita konsisten dalam menulis. Keberlanjutan dan kontinuitas akan melahirkan sebuah karya.
Bagaimana untuk mengawali menulis? Kita bisa menulis dari apa saja yang kita sukai dan alami. Tentu kita masih punya rekaman memori kegiatan selama sehari. Suatu kejadian akan menjadi inspirasi sebuah tulisan. Tulislah terus dan jangan berhenti. Setelah dikeluarkan semua yang ada di pikiran kita maka barulah proses mengedit.
Bahan yang bisa dijadikan untuk menulis diantaranya :
- Menulis profil diri, maupun profil orang yang dikagumi. Kita cari sumber bacaan untuk memperkaya tulisan kita.
- Mengungkapkan sesuatu yang mengganjal di hati. Tuangkanlah menjadi sebuah tulisan. Namun, tak bisa kita tinggalkan dengan prinsip bahwa hanya kepada Allah SWT, tempat kita memohon, bergantung dan mencari solusinya.
- Jika kita sedang mengalami sebuah perjalanan. Tentu banyak hal baru yang kita lihat dan alami.
- Hasil pengamatan dari sebuah peristiwa maupun praktik pembelajaran.
- Peristiwa bersejarah. Suatu moment penting yang tidak biasa kita alami tentu menjadi catatan tersendiri dalam hidup kita.
Setiap kebaikan pasti ada pertentangan. Sama halnya dengan menulis. Ada 2 musuh menulis yaitu rasa takut dan rasa malas. Rasa takut jika dianggap jelek dan tidak aktual. Rasa malas karena kesibukan dan waktu yang tersita. Inilah yang dinamakan writterblock. Jika kita mengalami hal ini maka kita bisa mengalihkan sejenak alam pikiran kita ke obyek yang lain. Kita mencari hawa segar. Maka akan kembali refresh dan siap menerima ide baru lagi.
Ingin menjadi penulis yang memikat maka kita bisa menyederhanakan kalimat. Kita bisa membaca tulisan Bapak Dahlan Iskan. Beliau banyak menggunakan kalimat-kalimat yang pendek dan lugas. Kalimat pertama sebagai kuncinya. Untuk kalimat berikutnya adalah kalimat penjelas. Jika buka repetisi maka hindari pengulangan kata dan manfaatkan kata ganti.
Tulisan kita baiknya melihat pula segmen pembacanya. Jika akan mengirim tulisan, kita lihat dulu segmen media massa tersebut. Isinya banyak menayangkan tentang hiburan, kesehatan, ataupun olahraga. Kita belajar membaca tulisan orang lain sampai akhirnya kita akan memiliki genre dan gaya tulisan kita.
Beberapa hal yang perlu dihindari bagi seorang penulis adalah plagiarisme, menulis yang memicu SARA, dan bernada hoaks. Kita membuat tulisan selayaknya bisa dinikmati pembaca dan ada nilai kebermanfaatan untuk semua.
Semoga bermanfaat.
Sumber Tulisan : materi Self Driving For Teacher PGRI Digital Literasi yang disampaikan oleh Bapak Catur Nurrochman Oktavian , M.Pd
#Tantangan menulis hari ke 24 Lomba menulis di blog menjadi buku.
Profil Penulis
Safitri Yuhdiyanti, S.Pd.AUD. Aktifitas sebagai guru di TK Negeri Pembina Bobotsari. NPA : 12111200300.
Wah, tulisannya BIKIN SEMANGAT! Makasih, Bu Safitriy 🙏🏻
BalasHapusSama-sama, senang berkenalan dengan Bu Ditta, yang muda dan inspiratif. Banyak belajar dari tulisan-tulisan Bu Ditta
BalasHapus